Rabu, 13 Oktober 2021

Teks cerita Fantasi

 KURSI AJAIB


Pagi yang cerah menyambut Nada ketika bangun dari tidurnya. Ketika nada melihat jam, ternyata sudah pukul 7 pagi. Nada terlambat. Padahal ia ingin cepat ke sekolah untuk dapat duduk di kursi paling depan dan pojok karena setiap kali ada siswa yang duduk di sana, selalu mendapatkan nilai bagus ketika belajar.

"Umi, kenapa tidak bangunkan Nada?" Nada kesal karena pagi ini pasti ia tidak mendapatkan kursi itu.

"Biasanya juga bangun jam segini, Nad," Ucap umi dengan santai.

"Tapi hari ini ujian Matematika, Mi. Nada harus duduk di kursi itu. Kursinya ajaib, Mi. Kemarin saja, nilai ulangan Bahasa Inggris Robi 98, Mi. Nyaris sempurna. Padahal sebelumnya, dia paling lemot Bahasa Inggris," Nada mengambil handuk dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Sebelum masuk ke kamar mandi, Umi menghentikan langkah Nada dengan pertanyaan, "Kok bisa, Nad? Umi ngga percaya, ah. Kalau mau dapat nilai tinggi itu kuncinya belajar, Nad. Bukan percaya sama kursi atau benda lainnya."


"Umi karena ngga menyaksikan. Coba aja kalau Umi waktu itu di sana, pasti umi percaya," Sela Nada.


Setelah bersiap-siap, Nada pun berangkat ke sekolah. Sesampainya di kelas, prediksi Nada benar. Kursi ajaib itu telah diduduki oleh Lusa, sahabatnya. Nada tau betul kalau Lusa sangat benci pelajaran Matematika. Setiap kali ada tugas Matematika, lusa selalu mencontek kepada Nada.

"Eh, Lusa, Gantian dong. Aku saja duduk di situ," Ungkap Nada.

"Enak saja, aku sudah belain datang pagi demi kursi ajaib ini," jawab Lusa.

Lalu dua sahabat ini pun saling tak menegur setelah itu.

Ujian Matematika berlangsung selama 2 jam pelajaran. Nada terlihat mengernyitkan kening dengan bibir sedikit manyun. Bukan tanpa sebab, pasalnya Lusa, sahabatnya mengumpulkan kertas ujian lebih dulu. Berarti Lusa menyelesaikan dengan baik ujian tadi.

Ketika pulang sekolah, Lusa memanggil Nada, "Nad, tungguin. Eh, tau ngga, kursi itu sungguh ajaib. Jujur, semalam aku tidak belajar. Ketika aku liat soalnya, lalu tanganku bergerak sendiri menulis jawabannya."

"Iya, tapi itu tidak baik, Lusa," Jawab Nada dengan suara memelas.

"Halaaah, kamu sok-sok an, tadi kamu sendiri yg pengen duduk di sana, sekarang kenapa jadi begini?" Timpal Lusa dengan nada meledek.

"Iya, aku sadar, tadi umi juga sudah mengingatkan, kalau nilai tinggi itu harus dari usaha belajar kita. Bukan percaya dengan benda lain yang datangnya bukan dari Tuhan," Nada berusaha.meyakinkan Lusa.

"Entahlah, Nad. Intinya, kalau aku tidak duduk di sana tadi, mungkin nilai Matematika ku merah lagi," Keluh Lusa.

"Dasarr..,"

Hening pun mengantarkan dua sahabat ini ke rumah mereka yang bersampingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengimbasan Rumah Belajar

  Pengimbasan Rumah Belajar di Sekolah Oleh : Silvia Devika, S.Pd Perkembangan Teknologi Informasi dan  Komunikasi ( TIK ) di abad 21 ini me...